Mengenal Penyakit Kresek Pada Padi dan Cara Mengatasinya

Penyakit kresek atau hawar daun disebabkan oleh Xanthomonas oryzae, yang juga dikenal sebagai bakteri penyebab busuk daun yang mengering dengan warna abu-abu keputihan, merupakan salah satu penyakit yang dapat menurunkan kualitas dan hasil panen padi sawah. Xanthomonas oryzae adalah bakteri yang berhubungan dengan penyebab belang daun pada tanaman padi. Penyakit ini biasanya muncul antara 2 hingga 6 minggu setelah tahap pembibitan. Pada awalnya, daun akan mengandung air, melipat, dan menggulung sepanjang tulang daun. Gejalanya mirip dengan kerusakan akibat penggerek batang, dan pada akhirnya seluruh tanaman akan layu dan mati. Penyakit ini dapat menyerang pada berbagai tahap pertumbuhan tanaman, mulai dari bibit, tanaman muda, hingga tanaman yang lebih tua.

Tanaman padi yang terinfeksi Xanthomonas oryzae akan mengalami penurunan jumlah malai secara siginikan dan berat bulir yang rendah. Hal ini terjadi karena infeksi pada fase generatif menyebabkan dampak yang lebih besar dibandingkan dengan fase vegetatif. Fase generatif merupakan fase yang sangat krusial dalam pertumbuhan padi, karena pada fase ini tanaman membutuhkan banyak energi dan cadangan makanan untuk pembentukan bunga, malai, dan pengisian bulir. Infeksi bakteri kresek pada fase ini berpotensi mengurangi hasil panen karena terganggunya proses pembentukan bunga, malai, dan pengisian bulir.

gloeosporioides, dan Colletotrichum capsica. Bukan hanya cabai, penyakit ini juga menyerang tanaman lain seperti tomat, terong, melon, hingga mangga.

Gejala awal penyakit ini berupa bercak bewarna hitam bulat memanjang yang menyebabkan kematian jaringan. Fungi masuk ke dalam buah dan menginfeksi biji, sehingga jika biji tersebut ditanam akan menghasilkan tanaman yang buruk. Dampak terserangnya cabai oleh penyakit ini bisa mengurangi produktifitas sebesar 50-100%. Oleh karena itu antraknosa adalah penyakit paling dominan yang menyebabkan penurunan hasil panen

Bakteri Xanthomonas oryzae adalah patogen yang bisa terbawa melalui benih (seed-borne). Namun, patogen ini tidak berkembang dengan baik pada musim kemarau karena kondisi lingkungan yang tidak mendukung. Sebaliknya, pada musim hujan atau saat kondisi basah, lingkungan yang mendukung kelembaban memungkinkan patogen berkembang dengan baik, sehingga penyakit dapat menyebar. Selain itu, meskipun padi yang ditanam tidak terinfeksi patogen sejak awal (bukan tular benih), tanaman padi tetap bisa terinfeksi pada semua fase pertumbuhannya, dari persemaian hingga menjelang panen, apabila faktor lingkungan mendukung perkembangan patogen.

Perkembangan penyakit kresek sangat dipengaruhi oleh kelembaban yang tinggi dan suhu rendah (sekitar 20-22°C). Oleh karena itu, pada musim hujan yang umumnya berawan, penyakit ini berkembang dengan cepat. Beberapa faktor yang mempengaruhi keparahan penyakit ini antara lain:

  • Pemupukan nitrogen yang berlebihan
  • Kondisi cuaca buruk seperti angin kencang dan hujan
  • Usia tanaman yang semakin tua
  • Fase pembungaan yang merupakan periode kritis
  • Penggunaan varietas padi yang rentan terhadap penyakit ini

Jika penyakit ini sudah menyerang, pengendalian segera diperlukan. Pengendalian dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun prinsip Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) harus diterapkan, yaitu menjaga keseimbangan ekosistem dan hanya menggunakan pestisida kimia sebagai pilihan terakhir.

Jika penyakit ini sudah menyerang, pengendalian segera diperlukan. Pengendalian dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun prinsip Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) harus diterapkan, yaitu menjaga keseimbangan ekosistem dan hanya menggunakan pestisida kimia sebagai pilihan terakhir.

Beberapa langkah pengendalian yang dapat dilakukan antara lain:

  • Menggunakan benih dan bibit yang sehat
  • Menggunakan agens hayati seperti Corynebacterium atau Paenibacillus polymyxa pada benih pada umur 14, 28, dan 42 hari setelah tanam
  • Pemupukan yang seimbang, menghindari pemupukan nitrogen berlebihan, dan memastikan ketersediaan fosfor dan kalium yang cukup
  • Menghindari pemupukan pada fase bunting
  • Melakukan sanitasi lingkungan dan mengendalikan gulma inang
  • Menggunakan sistem pengairan berselang, yaitu satu hari digenangi dan tiga hari dikeringkan
  • Menggunakan pestisida jika serangan sudah mencapai ambang pengendalian, seperti menggunakan agrimicin (2 cc per liter) atau tembaga hidroksida pada umur 14, 24, dan 48 hari setelah tanam.
Kunjungi Artikel Lainnya