Ciri-ciri benih bermutu dan bagaimana cara membuatnya

Benih merupakan bagian tanaman yang berfungsi untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman secara generatif. Proses produksi, sertifikasi dan peredaran benih diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 12/PERMENTAN/TP.020/4/2018. Tujuan dari permentan ini adalah untuk menjamin mutu benih yang akan digunakan oleh petani.

“Benih bermutu dapat ditentukan dari beberapa mutu. Mutu genesis yaitu penampilan benih murni dari varietas tertentu yang menunjukkan identitas genetik dari indukan tanamannya. Mutu fisiologis yaitu kemampuan daya hidup (viabilitas) benih yang mencakup daya kecambah dan kekuatan tumbuh benih. Mutu fisik mencakup penampilan benih yang dilihat dari fisik, mulai dari ukuran yang homogen, bernas, bersih, bebas hama dan jamur, dan kemasan yang tepat”

Benih bermutu dapat dibuktikan melalui sifat-sifat unggul seperti potensi hasil tinggi, cepat berbuah, tahan terhadap hama dan penyakit, tahan terhadap stress lingkungan, dll. Namun, tak harus selalu menggunakan benih bersertifikat untuk mendapat benih bermutu karena kita bisa membuatnya sendiri asalkan dengan metode yang tepat. Untuk benih bermutu harus diperhatikan mulai beberapa aspek budidaya dari penyiapan lahan sampai panen, antara lain pengaturan jarak tanam, pemupukan, pengairan, perlindungan terhadap organisme pengganggu tanaman, roguing serta pemanenan.

Untuk menghasilkan benih bermutu, budidaya tanaman diperlakukan berbeda dibanding untuk produksi. Jarak tanam dibuat lebih lebar agar antar tanaman tidak terjadi kompetisi, pemupukan harus dilakukan dengan tepat baik jenis, dosis dan konsentrasi, waktu dan frekuensi serta pemupukan agar pertumbuhan tanaman optimal, dan perlu dilakukan roguing yaitu pembuangan tanaman tipe simpang atau tanaman yang tidak dikehendaki misalnya gulma, jenis lain, kultivar lain akibat terjadinya segregasi, mutasi dan lain-lain.

Selain itu, panen sebaiknya dilakukan dengan cara manual (menggunakan tangan) untuk menghindari kerusakan mekanis yang dapat menurunkan kualitas benih. Panen juga harus dilakukan saat buah mencapai tingkat kematangan fisiologis, yang ditandai dengan kehilangan air yang signifikan serta perubahan warna daun dari hijau menjadi kekuningan. Pada tahap ini, lapisan pemisah (absision layer) terbentuk di buah, sehingga buah dapat mudah lepas dari induknya.

Untuk memperoleh benih yang berkualitas dan dapat disimpan dengan baik, biji yang telah dipanen harus dikeringkan hingga mencapai kadar air tertentu (misalnya padi 13%, kedelai 11%), kemudian dilakukan proses pembersihan dan pemilahan. Agar benih tetap terjaga kualitasnya selama disimpan sebelum ditanam, benih perlu dikemas dalam wadah yang kedap udara, seperti toples, kaleng, plastik polietilen, atau bahan kemasan lainnya.

Kunjungi Artikel Lainnya